Dzikir ini ringan, pasti mudah kita amalkan. Ini adalah rangkaian dari kajian Riyadhus Sholihin dari Kitab Al-Adzar.

(Hadits no. 1408) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat dalam timbangan (amalan) dan dicintai oleh Ar-Rahman, yaitu subhanallahi wa bihamdih, subhanallahil ‘azhim (Maha Suci Allah, segala pujian untuk-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Mulia).” (HR. Bukhari, no. 6682 dan Muslim, no. 2694)

Penjelasan:

  • Boleh menggunakan kalimat bersajak selama tidak menyusahkan diri.
  • Penetapan sifat cinta (mahabbah) bagi Allah.
  • Adanya mizan (timbangan) dan amalan manusia akan ditimbang pada hari kiamat.
  • Amalan itu punya berat dalam timbangan. Boleh jadi yang ditimbang adalah amalan itu sendiri yang dibentuk lalu ditimbang, boleh jadi pula catatan amalan, atau boleh pula kedua-duanya.
  • Besarnya kasih sayang Allah kerana amalan yang ringan dibalas dengan balasan yang banyak.
  • Kita didorong untuk membiasakan dzikir ini kerana begitu ringan di lisan.
  • Imam Bukhari sangatlah cerdas. Kitab shahihnya, ia awali dengan hadits niat yang menuntut kita untuk ikhlas dalam beramal. Sedangkan penutup kitab shahihnya, beliau tutup dengan hadits ini untuk menunjukkan bahwa penutup kehidupan adalah dengan dzikir pada Allah. Ini menunjukkan akan baiknya akhir amalan. Kita juga memohon pada Allah husnul khotimah, akhir hidup yang baik.